repost
ada suatu ketika ada seorang pemilik perusahaan textil menampar seorang karyawan wanita. Siang itu mereka terlibat pertengkaran setelah pertemuan selesai.
Setelah semua pimpinan perusahaan kembali ke ruang kerja masing-masing, Yosep (bukan nama sebenarnya) memerintahkan wina (bukan nama sebenarnya) untuk tetap di ruang meeting karena ada permasalahan yang harus diselesaikan.
Wina adalah seorang akuntan di perusahaan tersebut.
Wina membuat kesalahan sedikit dalam penghitungan keuangan perusahaan yang akhirnya si bos memarahinya mulai dari permasalahan yang sebenarnya hingga mengungkit masalah-masalah lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Wina tetap sabar mendengarkan ocehan si bos namun akhirnya si bos mulai mengatakan hal-hal yang tidak enak sementara wina membantah ia tidak perna melakukan hal tersebut yaitu memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
Tentu saja wina yang sejak tadi terlihat santai kini berbalik marah.
Karena keduanya sama-sama keras kepala akhirnya si bos menampar wina.
Satu minggu kemudian wina menuntut bosnya dengan tuduhan penganiayaan perempuan.
Setelah itu wina mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Mengapa hal tersebut sampai terjadi ?
josep adalah seorang yang berpendidikan dan berpengalaman, demikian pula wina.
Keduanya memiliki taraf kecerdasan yang tinggi.
Jika mereka memikirkan apakah yang akan terjadi jika mereka berdua saling marah maka hal di atas tidak terjadi karena sebenarnya persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan kepala dingin tanpa merugikan keduanya.
Menagapa hal ini sampai terjadi ?
Dari cerita di atas kita dapat melihat bahwa kecerdasan tidak menjamin emosi yang baik dan terarah.
Tidak semua orang memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik.
Ada orang pandai dengan kemampuan mengola emosi yang baik.
Kemampuan seseorang dalam mengola hidangan emosinya dapat membantu seseorang berhasil dalam kehidupan di berbagai bidang, sementara orang lain dengan IQ yang tinggi sekalipun jika tidak dapat mengolah dan mengatasi emosi maka ia akan mengalami stress berat dan kemandekan (stagnasi).
Untuk mengelola dan mengatasi emosi ini diperlukan suatu kecerdasan atau kita sebut dengan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan diri/hati, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa.
Bila suatu permasalahan muncul dengan intensitas yang cukup berat pertama-tama kita persiapkan diri kita.
Diri kita menyadari (recognize) mengenal perasaan yang pada saat itu muncul pada diri kita dan mulailah mengenali diri anda dengan mengatasi emosi tersebut dan bukan emosi yang mengendalikan diri kita.
Contohnya jika saat itu kekasih memutuskan anda, dan anda tidak menerima keputusan sepihak tersebut namun apadaya berbagai cara telah dilakukan untuk membuat anda berdua rujuk kembali tidak berhasil.
Maka saat itu yang harus anda lakukan adalah bangkitlah.
Sedih boleh tetapi hanya untuk sesaat. Setelah anda bangkit kuasailah diri anda dari masalah tersebut yang kemungkinan suatu hari akan muncul kembali.
Janganlah murung atau menyendiri, jangan tertutup dan bersembunyi di dalam rumah. Keluarlah dari “dunia” anda karena masih banyak hal penting yan harus anda kerjakan.
Mulai membina suatu hubungan atau relasi dengan orang lain yang dapat meluaskan pergaulan anda, meluaskan pandangan anda, dan belajar berempati pada orang lain agar anda lebih dicintai oleh lingkungan sekitar anda.
Jika telah mampuh melawati suatu permasalahan pertahankanlah perasaan bahagia anda dan jika suatu hari anda mengalami masalah serupa atau masalah-masalah lain pecahkanlah dengan kepala dingin dan kreatif dalam memecahklan masalah anda. Mudah-mudahan berhasil.
No comments:
Post a Comment